Friday, 24 October 2014

Nenek

Nenekku meninggal saat bulan Ramadhan, 17 Juli 2014, sekitar pukul 10-11 siang. Di hari itu aku bangun siang. Hari itu adalah hari kedua liburanku di Balikpapan. Tanggal 15 Juli aku sampai di Balikpapan malam hari. Aku kangen sama nenek, tapi malam itu ngga langsung pergi ke rumah sakit menjenguk nenek yang sakit. Mama bilang besok aja, aku tau karena beliau setiap hari sudah ke rumah sakit untuk menjaga nenek dari pagi sampai siang atau sore.

Tanggal 16 Juli 2014, aku sudah pergi ke rumah sakit pagi-pagi. Ikut mamah yang memang tiap hari jaga nenek di rumah sakit. Aku ngantuk karena hari sebelum-sebelumnya aku sibuk ujian akhir semester sehingga kurang tidur. Tapi aku excited ketemu nenek. Sesampainya disana, aku lihat nenekku yang terlihat berbeda. Sangat lemah di tempat tidur. Bahkan beliau seperti tidak mengenali betul kalo cucunya datang. Saat itu, beliau membuka kancing bajunya. Mamah bilang, "Bu, kenapa bajunya di buka jadi seksi begini." Dengan suara pelan nenek menjawab, "Panas dadanya." Aku cuma bisa diam. Nenek juga nanya ini jam berapa sih, ketika dijawab, beliau malah ngedumel lama banget sih capedeh. Serius, beliau bilang 'capedeh'. Baru sejam atau dua jam di rumah sakit, aku udah tidur di karpet samping tempat tidur. Dinginnya AC sangat sangat mendukung untuk tidur apalagi memang masih kurang tidur. Ngga aku sangka aku tidur sampai ashar. Ngga lama kemudian, Bude Septri dan Abel datang untuk gantian jaga nenek di rumah sakit. Dekat Maghrib, aku dan mamah pulang. Entah kenapa aku ngga pamit ke nenek sampai akhirnya mamah negur untuk salim ke nenek. Saat itu, nenek yang langsung mengangkat tangannya minta untuk disalimi padahal aku belum datengin beliau, padahal selama aku ada disitu beliau biasa aja. Jujur, saat itu aku ada perasaan, "ih aku udah excited nenek kok biasa aja sih aku dateng kan udah lama gak ketemu." Terus aku salim ke beliau. Mamah bilang, mungkin besok ngga ke rumah sakit karena mau mengurus plat motorku yang mati dan urusan lain. Tapi Bude Septri bilang, sepertinya kalo pagi dan siang juga ngga bisa jaga karena ada urusan. Karena aku tau mamah ngga ke rumah sakit hari itu, aku bangun siang.

Tanggal 17 Juli 2014, pukul 11, Ahmad pulang membuka pintu belakang rumah yang membuatku terbangun karena kebetulan aku tidur di depan tv setelah sahur. Dia bilang, "Mbak, nenek meninggal." Aku masih belum sadar betul. Aku liat hp, banyak missed call dari mamah. Ngga lama mamah nelpon lagi, dengan suara terisak beliau bilang, "Mbak, nenek meninggal. Mbak sama adek naik taksi atau ojek ya ke rumah nenek sekarang. Mama masih di rumah sakit otw ke rumah nenek." Aku kaget. Tapi aku ngga nangis. Aku langsung mandi, ganti baju, menyuruh Ahmad untuk ganti baju yang pantes buat melayat bukan ke mall karena bayangin aja masa dia pake jaket jeans dan celana jeans selutut. Sempat bingung mau pergi ke rumah nenek naik apa karena motor dua-duanya ngg ada, dipake mamah dan papah. Adanya mobil tapi aku ngga bisa bawa. Ngga usah taanya ada angkot apa ngga karena rumah aku agak jauh dari jalan raya dan jalur angkot. Ojek saat itu kok ya ngga ada. Akhirnya nelpon Dede untuk minta jemput. Dia bilang, oke tapi sejam lagi. Kelamaan amat sejam. Mau nelpon taksi juga takutnya datengnya lama. Akhirnya anak tetangga depan, si Anggi, nganter ke jalan raya depan yang agak jauh juga supaya aku sama Ahmad bisa naik angkot. Karena nganternya pake motor, jadi dia bolak-balik. Setelah nunggu beberapa menit panas-panasan di pinggir jalan, kami dapet angkot yang mau ngelewatin jalan raya daerah rumah nenek. Karena rumah nenek masuk gang, turun diatas kami jalan kaki ke bawah. Sampainya di rumah nenek, sudah banyak orang yang duduk di depan bahkan sudah ada tenda birunya.

Masuk rumah nenek, aku liat nenek sudah terbaring kaku disana. Di ruang tamu. Beberapa orang membaca yasin disampingnya. Aku masuk kamar nenek yang ditutup karena biasanya selalu terbuka, aku temui mamah, aku liat tanteku menangis disana. Setelah itu aku keluar lagi. Aku duduk tepat di samping kepala nenek, aku baca yasin. Aku menunduk. Entah mengapa, saat membaca yasin aku teringat saat nenek masih hidup. Aku tetep baca yasinnya sambil nangis.

Tadinya mamah ngajak untuk ikut mandiin nenek, tapi aku gak mau. Takut nangis, tapi aku liat pas dimandiin. Aku liat saat dikafani. Aku liat saat satu per satu keluarga menciumnya untuk terakhir kalinya. Aku liat sambil bercucuran air mata. Aku mulai merasa kehilangan. Aku mau cium juga tapi air mataku gak bisa berhenti ngalir, pada akhirnya aku usap kering kering supaya gak netes di jenazah dan cium pipinya. after that, aku nangis lagi.

Rencana dikubur setelah sholat ashar, jadi jenazah dibawa ke mesjid sekalian disholatkan. Aku bawa motorku sambil membonceng sepupuku. Aku ambil air wudhu dan sholat ashar di mesjid. Setelah sholat, aku lihat cahaya matahari yang masuk tepat di jenazah nenek. Aku tatap dengan haru.

Sesampainya di kuburan yang agak jauh dari rumah nenek, untuk pertama kalinya aku melihat makam Kai yang juga baru meninggal sekitar 35 hari sebelumnya. Sayang, nenek tidak dimakamkan disebalah Kai. Papa yang kebetulan turun ke dalam liang menyusun papan dan mengumandangkan adzan. Aku? Aku liat dengan air mata.

Setelah tanah sudah kembali dimasukkan dan menjadi gundukan, aku ikut berdoa bersama ustadz dan kemudian menyiramnya dengan air dan bunga-bungaan. Dalan hati aku terus berdoa, supaya nenekku tersayang dijauhkan dari sisa kubur dan dilapangkan kuburannya. Aku benar-benar merasa kehilangan. Aku belum merasa kangenku hilang setelah sekian bulan gak ketemu nenek. Aku sayaaaaaaang sekali dengan beliau. Sayang sekali. Walau kadang beliau menyebalkan karena minta dicabutkan ubannya padaha ubannya banyak atau minta dibelikan gado-gado atau hal-hal aneh yang suka dilakukannya, tapi beliau selalu senang melihat kedatanganku dan membuatku tertawa jika bertemu dengannya.

Nenek yang pernah minta dibelikan bubur ayam samarinda padahal waktu itu hujan, yang suka makan gado-gado dan menghabiskan sop buahku, yang selalu duduk di depan rumahnya ketika aku akan pulang, yang selalu membuatku nyaman berada di dekatnya. Aku kangeeeeeeen sekali. Aku merasa Tuhan terlalu cepat mengambilnya.

Dua hari setelah nenek pergi, Rully datang untuk menghadiri tahlilan. Malam itu aku mengeluhkan kalau baru sehari aku bertemu beliau tapi beliau pergi. Lalu Rully bilang, "mungkin nenek nunggu kamu, baru bisa pergi." Aku langsung tersentak dan ingat saat hari Kai meninggal, aku ada beberapa kali berdoa ke Allah untuk minta jika nenek juga dipanggil, aku minta tunggu aku ada disana, di Balikpapan. Jadi aku bisa mengantarkan ke peristirahatan terakhir, tidak seperti saat Kai meninggal aku malah di Jogja. Aku langsung mengucap syukur, Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah telah mengabulkan doa. Terima kasih masih diberi kesempatan bertemu nenek untuk yang terakhir kalinya.

Mungkin bisa dibilang, libur semester kemarin adalah liburan tersuramku di Balikpapan. Nenek meninggal membuat aku sangat sedih. Aku seperti ngga bersemangat untuk bertemu teman-temanku. Aku bener-bener ngerasa ada yang hilang. Siapa yang harus aku datangi jika ke rumah nenek? Kai sudah gak ada, nenek sudah ngga ada. Ada rasa yang aneh ketika masuk rumah nenek, ngga ada lagi kai dan nenek yang duduk di bangku depan tv. Ngga ada lagi rambut putih kai dan daster milik nenek yang selama ini menjadi pemandanganku saat masuk rumah itu. Ngga ada lagi nenekku yang gendut yang membuat sangat nyaman didekatnya. Aku pasti akan selalu ingat bagaimana saura nenek saat tertawa, bagaimana wajahnya saat mudah sekali menangis (she was so sensitive), bagaimana wajah sedihnya saat kami akan pergi ke BNS Malang dan beliau harus stay di rumah Dhila, bagaimana cerewetnya, bagaimana caranya mengunyah makanan, bagaimana langkahnya yang sulit setelah stroke, dan bagaimana ekspresinya saat terakhir kalinya aku lihat di rumah sakit. Sampai sekarang aku masih seperti ngga percaya mereka berdua sudah ngga ada. Bagaimana tidak, liburan semester Februari lalu mereka masih ada di bangku yang sama seperti biasanya menyambutku ketika datang kesana, kemudia liburan semester bulan Juli, sudah ngga ada dua-duanya.

Tepat hari ini adalah 100 hari setelah kepergian nenek. Nenek, Kai, semoga tenang ya disana. Kami semua akan selalu mendoakan dan merindukan kalian. Terima kasih atas semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Ya Allah, tolong jauhkan nenek dan kai dari siksa kubur dan api neraka. Berilah mereka tempat terbaik di sisi-Mu, Ya Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Terimalah amal ibadah mereka di sisi-Mu, Ya Allah. Amin Yaa Rabbal Alamiin. 










Monday, 31 March 2014

Enlightened

i'm not giving up. i never give up. i just need to breathe for awhile. i need to prepare my self for my best future. this is not easy. it's killing me. it's hurting me so much. this is sadness. i need time to think. i just realized that it's not like we used to. i just like don't know who you are, what we are. this is away from love words.

dear my one and only captain,
our ship is shaky. what should we do? how we can through the storm? how we can survive with this big waves? i'm scared. i don't want us to get lost. we can't stop the waves, should we learn to surf? would you? or what? please, give me your order. i need it. i'm not able to control this ship. 

Monday, 10 February 2014

Pulang Kampung

Semakin tinggi semester, semakin kerasa biasa aja pulang kampung. Kadang ngerasa kok kayak betahan di Jogja. Disini kayak ngerasa asing aja. Homesick juga udah ngga kayak dulu, malah aku ngga ada ngerasa homesick semester kemarin. Iya, jadi sekarang lagi di rumah. Mau jalan bingung kemana, ngga paham apa aja tempat nongkrong baru. Mau nongkrong juga paling kan bisanya malem, kalo pagi-sore temen-temen pada kerja. Kalo di rumah, juga sendirian pagi-sore. Mama sih ngga kerja, tapi punya kesibukan sendiri. Berasa asing. Apa ya bedanya sama di Jogja, hmm paling apa ya disini ada tv, di Jogja ngga ada. Tapi biar ada tv aku juga ngga nonton. Kayak ngga asik aja acara tv, lebih memilih nonton film di laptop. Lah di Jogja gitu juga padahal. Kalo ngga ada Glee atau Asia's Next Top Model yang diulang mulu itu, males dah nonton tv. Kalo ada Indonesian Idol masih mau ding. Terus disini gerah banget perasaan, sering mati lampu pula. Dan hp tiba-tiba susah sinyal. Dulu perasaan bisa aja online di kamar. Sekarang ngga fungsi coba. Bbm aja pendingnya mintak ampun. Sos mulu. Ngga asik ah. Asing. Kebiasaan di kost. Biarpun ngga ada apa-apa dan sendirian, lebih nyaman aja. Asli bambung banget. Ngga ada kerjaan. Sendiriannya sih ngga masalah, cuma apa ya kayak ngga tau gitu mau ngerjain apa. Mau liburan juga ngga ada duitnya.

Intinya apa dah nih? Ngeluh ya? Hehe. Malesin sih ah. Pengen main-main disini juga orang-orang punya kesibukan sendiri wong sehari-harinya kegiatannya di kota sini. Yang lagi cuma liburan disini ini yang bambung jadinya. Sedih ah. Mungutin sampah aja apa di sekitaran lapangan merdeka biar ada kerjaan? Atau anu, nyikatin kolam air mancurnya bekapai. Atau ngga jualan di belauran aja kali ya. Atau... bantuin mamang-mamang angkatin batu bikin bandara di Sepinggan. Asing amat di kota sendiri :'(